Bagaimana kabarnya teman teman info remaja, baik
bukan. Oke , kali ini saya mau ngasih bacaan buat remaja, yaitu cerpen tentang remaja sahabat jadi cinta judulnya,
Yap, langsung saja, mari kit abaca sama sama, semoga
terhibur
Karya
: Eka Suciati
Waktu
menunjukan pukul 1 siang, saat Rama dan Sinta sedang mengisi perut mereka dengan makan di kantin sekolah.
Ramapun membuka
pembicaraan, untuk mengisi di sela-sela jam makan mereka, dengan asyiknya
mereka berbincang Ramapun bertanya pada Sinta ,“Sin, kamu mau nambah ngga ?”.
“Ngga
lah Ram , aku udah kenyang, makasih Ram”, jawab Sinta.
“Ngomong-ngomong
nanti siang kamu ada acara ngga Ram ?, kalo ngga ada , kita ngerjain tugas
bareng yuk nanti sepulang sekolah”, ajak Sinta pada Rama .
Mereka
memang telah bersahabat sejak mereka duduk dibangku sekolah dasar, dan mereka
selalu bersama salama bersekolah, mulai dari SD , SMP , dan SMA saat ini.
Satu kawan
mereka juga yang bersekolah di sekolah yang sama , dia bernama Vee.
Dia seorang
yang cantik , pandai juga , namun sayang dia sombong .
Saat Rama dan
Sinta sedang berada di kantin sekolah saat jam istirahat , disana juga terdapat
Vee. Dilihatnya tangan Rama yang terus bergerak seperti sedang menuliskan
sesuatu.
“Kamu
lagi nulis apa Ram ?tanya Sinta penasaran.
“Ini
Sin, baca deh, aku mau kasih ini buat Vee ”.
Entah mengapa
raut wajah Sintapun seketika berubah, dan kegiatan surat menyurat itupun terus
berlangsung selama mereka berada di kantin sekolah, hingga akhirnya terdengar
bunyi “Teng..teng… teng… ”
“Ram
udah bel masuk tuh,yuk kita kekelas ”, ajak Sinta . Seketika kegiatan surat
menyurat itupun terhenti.
“Vee
memang cantik..dia juga pandai, tapi sayang, semua itu tertutup oleh
kesombongannya” ujar Sinta dalam hati saat berjalan menuju kelas.
“Ram
, kamu suka sama Vee ?”, Tanya Sinta.
“Ya
begitulah Sin, Sin bantu aku ya buat deketin dia ”. Sinta bingung harus
menjawab apa atas permintaan Rama, Sinta hanya menjawabnya dengan memberikan
senyuman kecil.
Rama dengan
ekspresi gembira sambil berucap “makasih Sin”.
Obrolan mereka
terhenti sejenak karena guru mata pelajaran saat itu telah memasuki ruang
kelas.
Terdengar
kembali bunyi itu untuk kesekian kalinya “Teng… teng..teng”, pertanda bahwa jam
belajar di sekolah telah usai.
“Ram,
ternyata kamu suka sama Vee , sedangkan selama ini, dibalik kata sahabat
diantara kita, aku menyukaimu Ram ”, ucap Sinta dalam hati.
Selama hampir
sehari ,Sinta tak menampakan senyuman yang biasa ia tebar kepada teman-temannya
.
Ramapun
terheran melihatnya, “Sin, kamu kenapa ? , aku perhatikan setelah kita dari
kantin tadi, wajahmu terlihat murung Sin ”.
“Aku gak papa ram” , jawab Sinta dengan sedikit senyum yang
terkesan dipaksakan.
Sinta
memang sahabat yang baik, dia juga wanita yang pandai .
Rama
dan Sinta hampir setiap hari selalu bersama , mulai dari mengerjakan tugas ,
makan siang bersama , dan pulang sekolah bersama.
“Ram , seperti biasa , kamu kerumahku ya untuk mengerjakan tugas,
sesuai janji kita tadi siang”.
“Oke Sin, tunggu aku ya , sekalian akan kubawakan onde-onde
kesukaanmu, kebetulan ibuku akan membuatnya nanti”, ucap Rama .
Sekitar
tiga puluh menit telah berlalu, waktu yang mereka habiskan selama perjalanan
menuju rumah mereka.
Sesampainya
dirumah, Sinta masih terus memikirkan Rama, “Ram, kenapa sih kamu ga pernah
bisa tau tentang perasaanku, gak perlu kan aku harus omongin, harusnya kamu
peka dong Ram!”, ucap Sinta dengan nada kesal, sambil menaruh tas di kamarnya .
Mendengar
anaknya yang marah-marah dikamar, mamah Sintapun dengan heran bertanya “kamu
kenapa Sin, pulang sekolah kok marah-marah ?”.
“Gak
papa mah, lagi cape aja”, jawab Sinta pada mamahnya.
“Mah,
nanti Rama mau kesini, seperti biasa , ngerjain tugas bareng mah”.
“iya,
Kebetulan mamah bikin kueh ini, bisa untuk cemilan nanti kamu dan Rama saat
mengerjakan tugas”, jawab mamah Sinta.
Di lain tempat,
Rama sedang asyik membantu mamahnya menyiapkan onde-onde untuk dibawa kerumah
Sinta.
Tiba-tiba
terdengar bunyi “kriing…kriing..”
“Ada
telfon..mah sebentar ya , Rama mau angkat telfon dulu, paling dari Sinta”.
“Ternyata
dari Vee, tumben dia telfon aku, jangan-jangan…”, Rama bergumam dalam hati
dengan hati berbunga-bunga.
“Halloo”.
“Hallo
Ram, aku Vee, kamu ada acara gak hari ini, aku mau ajak kamu main”, Ucap Vee.
“Oh,
nggak ada kok Vee, mau main kemanaemang ?” jawab Rama sambil tertawa lirih
karena kegirangan.
“Gampang
deh nanti Ram, kamu jemput kerumahku ya Ram”.
“Oke
Vee, tunggu ya”, jawab Rama.
Bergegas Rama
masuk ke kamarnya , dan memilih baju mana yang cocok dipakainya untuk pergi
bersama Vee, wanita yang dia sukai.
Telah usai Rama
berbenah diri, dia langsung menghampiri mamahnya, “Mah, onde-ondenya udah belum
mah ?” Tanya Rama.
“Udah
Ram, kamu kok jadi buru-buru begini”, tanya mamahnya dengan wajah yang
mengekspresikan kebingungan.
“Mah,
Rama pamit ya . Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”.
Hampir
tiga puluh menit Sinta menunggu kedatangan Rama kerumahnya.
“Rama
kemana sih, lama banget”, ucap Sinta dalam hati.
Satu jam telah
berlalu, Ramapun tak kunjung tiba dirumahnya.
Hingga
akhirnya, Sinta memutuskan untuk menghubungi Rama .
“Hallo
Ram, kamu kemana aja sih Ram, aku nungguin kamu dirumah. Apa onde-onde buatan
mamahmu belum jadi?, gak perlu bawa onde-onde juga gak papa Ram” , ucap Sinta.
“Sin,
maf ya , aku gak jadi kerumahmu, aku lagi jalan sama Vee. Sin, udah dulu ya,
nanti aku telfon kamu lagi” , jawab Rama, seperti tak merasa bersalah telah
membuat Sinta menunggu.
“tuut..
tuut.. tuut..” .
“Gaperlu
Ram”, jawab Sinta dalam hati.
Malam mulai tiba, Sintapun
memutuskan untuk mengerjakan tugasnya sendiri .setelah tugas itu selesai, Sinta
merebahkan tubuhnya di pulau kapuk hingga akhirnya dia memejamkan mata.
Di keesokan
harinya , Sinta bergegas menuju sekolah seperti biasanya.
Sesampainya di
gerbang sekolah , tiba-tiba ”Hai Sin, tunggu !”.
Sinta
menolehkan kepalanya, ternyata Rama yang tadi memanggilnya. “iya Ram”, jawab
Sinta.
Selama berjalan
menuju kelas, tak sedikitpun mulut Sinta bergerak , tanda akan memulai
pembicaraan.
“Sin,
kamu kenapa? , kok diem aja , biasanya kamu bawel kalo ada aku”, Tanya Rama.
Tanpa banyak
bicara, Sinta hanya berucap “maaf Ram, aku ke kelas duluan”.
Rama hanya
terheran melihat sikap Sinta.
1 jam, 2 jam…
hingga akhirnya “teeng… teng…. teng”,
waktunya jam istirahat .
“Aku
jadi gak enak sama Rama, aku ajak dia ke kantin deh” ucap Sinta dalam hati .
“Ram,
yuk ke kantin , maaf ya buat yang tadi pagi” , ajak Sinta .
“Kamu
duluan aja Sin, aku mau ke perpustakaan diajak Vee tadi”.
“Yaudah”,
jawaban singkat yang terucap dari mulut Sinta.
Sinta duduk
sendiri dikantin siang itu, berharap Rama akan mengampirinya setelah urusannya
dengan Vee selesai.
Namun kejadian seperti
saat Sinta menunggu Rama datang kerumahnya terjadi lagi, Rama tak kunjung
datang menemui Sinta di kantin.
“Rama
kenapa sekarang berubah sikapnya!!, aku yang sahabatnya dari kecil bisa
langsung diabaikan sama dia , karena kehadiran Vee”, ucapnya lirih dengan mata
yang berkaca-kaca.
Belum
terdengar bel tanda masuk kelas, Sinta memutuskan untuk bergegas menuju kelas
lebih awal, seketika dilihatnya banyak teman satu kelasnya yang sedang
berkumpul didepan kelas, seperti ada sesuatu yang menarik untuk ditonton.
Karena
penasaran, Sintapun menghampiri gerombolan itu, dan ‘hening’.Suasana yang
tadinya ramai seketika hening, perhatian sepenuhnya ditujukan pada tontonan
itu.
“Vee, aku udah cukup lama kenal kamu, menurutku kamu anak yang
baik.Ngga ada salahnya kalo kita bisa lebih dekat lagi. Kamu tau maksudku kan
?, apa kamu bersedia Vee?”
Yang
terdengar hanya suara Rama yang sedang bertanya pada wanita dihadapannya.
“iya Ram, aku mau”, jawab Vee tanpa ada keraguan.
Sinta
spontan langsung berlari meninggalkan gerombolan itu menuju taman belakang
sekolah.
Rama
yang melihatnya, seketikapun langsung berlari untuk mengejar sahabatnya yang
terlihat kacau.
“Sin, tunggu !!kamu kenapa ?”, Tanya Rama dengan nada tinggi.
“Aku gak papa Ram, kamu ngapain sih ngikutin aku. Aku lagi pengen
sendiri Ram”, jawab Sinta sambil menahan bendungan air matanya agar tak tumpah
dihadapan Rama.
“Sin, aku ini
kan sa……”. Belum habis Rama bicara, Vee tiba tiba menghampiri Rama “Ram, yuk
kita ke kantin, aku laper, belum makan nih” ajak Vee pada Rama.
“Ayo vee, sin aku duluan ya” ucap Rama .
Rama
dan Vee telah enyah dari pandangannya, dan saat itu pula, bendungan air mata
Sinta meluap, dia tak bisa menahannya untuk waktu yang lebih lama lagi .
“Ram !!apa kamu tau apa yang aku rasain ?!, aku sadar aku hanya
sahabatmu, tak lebih dari itu. Tapi apa begini caranya kamu memperlakukan aku
sebagai sahabat, bahkan kaupun tak bisa paham tentang perasaanku !!” ucap Sinta
dengan geram, seolah ia tak peduli siapa yang akan mendengar ucapannya itu.
Sinta
habiskan waktunya sendiri di taman belakang , tanpa Rama sahabat terkasihnya.
“Lebih baik aku pulang, aku tak boleh seperti anak kecil”, ucap
Sinta dalam hati.
Sintapun
segera menuju kelas , dan bergegas meninggalkan sekolah yang menjadi saksi bisu
kesedihannya hari ini.
Sesampainya
dirumah, belum sempat Sinta berganti pakaian, didengarnya handphone berbunyi
“kriing..kriing..kriing”.
“Hallo”, jawab Sinta dengan singkat.
“Sin, aku Rama, kamu kemana aja sih, aku nyariin kamu Sin. Kamu
udah pulang ya?”,tanya Rama.
“Aku udah pulang, maaf kalo aku membuatmu khawatir Ram, udah ya ,
aku cape”.
Belum
habis pembicaraan, dan belum sempat terjawab oleh Rama , terdengar bunyi
“tut..tut..tut”.
“Diputus sama Sinta”, ucap Rama dengan lirih, sambil memandangi
handphonenya.
“Akan kutemui Sinta esok hari, akan kujelaskan semua”, ucap Rama
pada dirinya sendiri.
Keesokan harinya, Rama bergegas untuk berangkat sekolah lebih awal
dari hari biasanya. Di lain tempat, Sintapun tengah bergegas untuk berangkat
lebih awal dari hari-hari biasanya, karena ada jadwal piket harian yang harus
Sinta kerjakan hari ini.
Di waktu yang hampir bersamaan, mereka tiba disekolah, dan bertemu
di pintu gerbang sekolah .
“Sin, tunggu aku, ada yang mau aku omongin sama kamu”.
“Apa Ram, aku harus piket hari ini, ngobrolnya nanti aja “, jawab
Sinta dengan wajah masamnya.
“Sebentar aja Sin, Sinta kamu ini kenapa?Aku perhatikan kamu
akhir-akhir ini murung, sedih. Aku ini sahabatmu sin, cerita aja , aku pasti
dengerin kok”, ucap Rama, bak sedang
merayu anak kecil yang sedang merajuk.
“Ram, aku gak papa. Aku minta maaf ya , kalo aku sikapnya ga baik
ke kamu, mungkin aku lagi cape aja”, jawab Sinta, dengan perasaan gelisah,
karena telah membohongi perasaannya dan juga Rama.
“Ram, nanti siang, mau kan ngerjain tugas bareng dirumahku ? ,
tugas yang untuk minggu depan itu”.
“Iya Sin, aku mau, nanti aku kerumahmu”.
“Aku tunggu nanti siang ya Ram”, jawab Sinta dengan penuh
pengharapan.
Jam
pulang sekolahpun tiba, Sinta segera menghampiri Rama, hanya untuk sekedar
mengingatkan tentang janji mereka tadi pagi.
“Ram, jangan lupa ya, nanti kerumahku”.
“Duh, maaf Sin, barusan Vee telfon aku, dia minta ditemani ke toko
buku”.
Dengan menahan kesal, Sinta mencoba untuk tetap bersikap lembut
dihadapan Rama, “yaudah gak papa Ram ,
ngerjain tugasnya ditunda aja dulu. aku boleh ikut kalian ke toko
buku?,kebetulan aku mau beli buku tentang materi yang dijelaskan kemarin
dikelas”, Tanya Sinta, berharap permintaannya akan dikabulkan oleh Rama.
“Maaf Sin, Vee gak suka kalo acara jalan kita, ada orang lain. Maaf
ya Sin”.
“Iya gak papa Ram, aku mengerti, biar aku pergi sendiri aja”.
Lagi
lagi Sinta sedih dibuatnya, sedih karena sikap sahabatnya yang 180 derajat
telah berubah padanya.
Sinta
tak langsung menuju kerumah, tapi dia terlebih dahulu menuju tujuan utamanya
“toko buku”.
Dia
menuju toko buku, dengan berjalan kaki, karena dirasa tak terlalu jauh toko itu
berada dari sekolahnya.
Tiba-tiba , “ciiiiitttttt……………………….gubrak!”.
Suara
yang amat keras itu terdengar, hingga menarik perhatian orang sekitar.
Ternyata
Sinta yang tergeletak dipinggir jalan itu, tertabrak sebuah sepeda motor yang
melaju dengan kencang saat ia sedang
menyeberang.
Orang-orang
sekitar segera mengantarkan Sinta ke rumah sakit terdekat dan segera
memberitahukan pada pihak sekolah yang namanya tertera di lengan kanan atas
baju seragam Sinta.
Pihak
sekolah segera mengabarkan kabar itu kepada pihak orang tua.Dan segera orang
tua Sinta menghampiri anaknya.
Sinta
hanya tergolek lemas di ruang rawat, dilihatnya wajah kedua orang tuanya yang
sedang berada dihadapannya ,“Mah, maafin Sinta ya, ini salah Sinta, Sinta gak
hati hati”.
“Gak papa sayang, Sinta istirahat aja ya, biar nanti mamah kabari
Rama, biar Rama yang memberitahukan kepada wali kelasmu”.
Mendengar
nama Rama disebut dalam ucapan mamahnya, spontan Sintapun menjawab “Gak usah
mah, biar nanti sinta kasih tau teman Sinta sendiri mah, Sinta yang telfon
nanti”.
“Yaudah
kalo gitu”.
Sehari
itu telah berlalu, tiba esok hari, dimana semua anak sekolah bergegas menuju
sekolah mereka untuk belajar.
Rama
yang kebetulan hampir saja terlambat karena kesiangan, terheran “Sinta kok jam
segini belum ada dikelas ya”, ucap Rama dalam hati.
Waktu
menjelang siang, siang hari, hingga akhirnya jam pulang sekolah, tak juga
dilihatnya batang hidung Sinta.
“Sinta kenapa ya, biasanya dia kalo
gak masuk sekolah, selalu kasih tau aku”, ucapnya lirih.
Tanpa
pikir panjang lagi, Rama langsung menghubungi orang tua Sinta dan menanyakan
tentang Sinta sahabatnya .
Betapa
terkejutnya Rama, saat ia mengetahui Sinta tengah berada dirumah sakit .
Ramapun
bergegas menghampiri Sinta yang tengah tergolek lemas di ruang rawat.
“Sin, kamu kenapa?Kok bisa begini. Kamu kenapa gak bilang sama aku
?”, Tanya Rama, seakan tak memberi kesempatan pada Sinta untuk menjawab .
“Aku kemarin kecelakaan Ram, ada motor yang melaju kencang hingga
akhirnya akupun yang jadi korban. Tepatnya saat aku mau menyeberang untuk ke
toko buku”.
“Kamu hati-hati dong Sin, kamu juga kenapa akhir-akhir ini keliatan
beda?, kamu sering murung”.
Tanpa
ragu, Sinta menceritakan semua yang dia rasakan pada Rama sahabatnya.
“Ram, aku suka sama kamu, selama ini dibalik kata sahabat, aku
menyukaimu Ram”.
“Tapi, kenapa kamu bisa suka sama aku Sin ?dan aku ngga pernah tau
semua itu”.
“Aku cuma nggamau merusak kebahagiaanmu sama Vee, dan aku ngrasa
Ram, semenjak kehadiran Vee ditengah-tengah kita, sikapmu berubah Ram, dingin.
Saat aku butuh, kamu gak pernah ada buat aku Ram, kamu terlalu memprioritaskan
Vee, dibanding aku sahabatmu sejak lama”.
“Sin…. “
“Ram, aku sayang sama kamu sebagai sahabat.Aku minta maaf kalo
sayangku melewati batas”.
“Sin, maafin aku, aku gapernah sadar tentang semua perasaanmu,
maafin aku Sin, aku emang bodoh sin, aku udah menyia-nyiakan kamu, sahabat
terbaik aku, aku udah memperlakukan kamu seperti itu tanpa aku sadari, maafin
aku Sin”.
“Gak papa Ram, aku maafin”.
“Aku
janji akan selalu ada buat kamu Sin, akan bersikap seperti dulu lagi, seperti
sebelum adanya Vee diantara kita”.
Mendengar jawaban Rama, Sinta hanya membalasnya dengan senyuman
yang menandakan kebahagiaan hati Sinta, karena sahabat yang sempat hilang itu,
kini telah kembali.
Nah, cukup sekian ya. Bagaimana? Menarik bukan.
Oh
iya, kalau temen temen punya cerpen dan pengen di posting di sini juga,
silahkan berkomentar. Oke.
Dan jika
pengen baca cerpen cerpen menarik lainnya, silahkan dibaca yang di bawah ini. Tinggal
pilih pokoknya.
Thank
Youuuuuuuuuuuuuuuu
Follow @inRemaja
Jadi inget kuch kuch hota haihai
BalasHapus